Thursday, January 3, 2013 Tags: , 0 comments

KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA TERLALU KOMPLEKS

Kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia dinilai terlalu kompleks dibandingkan kurikulum yang diterapkan di beberapa negara maju sehingga beban siswa dalam belajar semakin berat.
Hal itu pula yang menyebabkan banyak siswa di Indonesia merasa dipaksa untuk menguasai materi/ketrampilan yang sebenarnya tidak sesuai dengan bakat mereka.
Hal tersebut terungkap dalam Studium General di Universitas Pakuan yang menghadirkan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, HE David L Taylor sebagai pembicara, akhir pekan lalu.
Menurut Taylor, kurikulum pendidikan di Selandia Baru relatif ringan dan mudah diterapkan untuk siswa. "Kebanyakan menekankan pada skill atau ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi berbagai masalah yang ada dalam kehidupannya sekarang dan nanti," kata Taylor.
Selain itu, setiap jenjang pendidikan juga disesuaikan dengan kemampuan siswa. Banyaknya materi soal kemampuan menghadapi masa depan juga dinilai Taylor sebagai salah satu hal yang membuat siswa lebih kreatif.
Sementara itu, Rektor Universitas Pakuan, Bibin Rubini yang juga pemerhati pendidikan mengatakan kurikulum pendidikan di Indonesia terlalu kompleks. "Hal ini jika dibandingkan dengan kurikulum yang ada di negara lain seperti yang diceritakan Dubes Selandia Baru," kata Bibin.
Karena beban kurikulum yang berat, tak hanya siswa yang terbebani, tetapi juga guru dalam mentransfer ilmu juga terbebani. Hasilnya, siswa tidak banyak menguasai suatu materi, begitu pula guru. "Kurikulum mereka (Selandia Baru) simpel, di kita complicated sehingga beban siswa overload," kata Bibin.
Kurikulum di Indonesia yang cenderung fokus pada kemampuan intelektual membuat bakat siswa tidak berkembang. Padahal, sebenarnya bakat siswa bermacam-macam dan tidak bisa dipaksa harus berada di bidang Matematika atau IPA.
"Di kita, yang punya talenta di bahasa tidak bisa berkembang karena dipaksa harus bisa Matematika," lanjut Bibin.
Selain itu, Bibin juga menyoroti soal berkurangnya muatan etika dalam pengajaran yang dilakukan para guru saat ini. "Seharusnya selain peduli pada kemampuan intelektual, juga memerhatikan etika. Soft skill juga merupakan materi yang penting agar siswa bisa bersikap baik dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Akibat materi soft skill yang kurang tergali, dikatakan Bibin, saat ini tawuran serta bentrok makin marak. Selain itu, Bibin juga mengingatkan banyaknya aturan dan ketentuan yang ada dalam sistem pendidikan tidak diimplementasikan.
"Jika dilihat, sistem pendidikan kita tidak jauh berbeda dengan negara lain. Hanya saja, di negara lain diimplementasikan dengan baik, sedangkan di kita hanya sekadar aturan," lanjutnya.
Dicontohkan Bibin, kebijakan sekolah gratis tidak diterapkan dengan baik sehingga masih banyak siswa tidak mampu yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena keberatan dengan biaya pendidikan yang mahal. Jadi kebijakan yang ada diimplementasikan dengan baik, terutama soal wajib belajar, maka angka partisipasi kasar pendidikan kita, lanjut Bibin tentu akan semakin meningkat.
 
Artikel ini dikutip dari PikiranRakyat. Edisi

No Response to "KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA TERLALU KOMPLEKS"

Post a Comment